Jangan Mau Terjebak Dalam Lingkar Masalah

Awalnya saya semangat sekali mau menuliskan topik ini pas muncul di kepala, pas nemu komputer malah lupa ide tulisannya :) sempat keluar masuk ruang khusus untuk memanggilnya kembali.
iya.. itu memang bukan judul yang sebenarnya dari topik yang akan saya angkat dalam tulisan saya kali ini.  Karena saya binung buat judul apa yang saya tulis di kolom judulnya.

Sering kita menemui baik itu di film, cerita kasus persidangan, seorang terdakwa ditanya seorang jaksa dengan pertanyaan yang menyudutkan. kadang pertanyaan yang diberikan tidak boleh dijawab dengan sisipin penjelasan. hanya boleh dijawab "iya" atau "tidak". Jujur, bagi saya hal itu sangat menyesakkan dada. 

apalagi jika dijawab dengan kebohongan (*berharap akan memperpendek masalah). bisa jadi akan panjang dan tambah masalah. Ingatkan kalimat "satu kebohongan akan diteruskan kebohongan-kebohongan selanjutnya"? Karena lini waktu dalam perjalanan kehidupan kita tidak pernah ganda. selalu satu dan berbentuk garis lurus. 

maka teruslah untuk jujur, walaupun sakit.

Coba aja perhatikan misalnya, Jaksa bertanya: "Apakah saudara membunuh saudari A?"
Terdakwa menjawab : "iya,,, tapi...."
Jaksa langsung memotong "Nah, dengar yang mulia.., terdakwa telah mengakuinya bahwa dia benar telah membunuh".
Bagi terdakwa yang tak sanggup lagi dan tak kuat untuk meneruskan karena sering ditekan, bisa jadi akan berhenti sampai disana dan masuk penjara. namun bisa adayang kuat dan memberikan penjelasan-penjelasan pada masa sidang yang panjang, mungkin karena membela diri dan bisa dibebaskan. dan perlu diingat, pembelaan itu akan membutuhkan waktu dan tenaga untuk menjelaskannya.

Ada banyak kasus dan pengalaman ketika seseorang harus dihadapi dengan pertanyaan yang harus segera untuk dijawab. Misalnay dalam persidangan lagi. apakah bapak membunuh anjing..? jika kita bertanya, anjing yang mana? maka mereka akan protes jawab saja pertanyaannya, kami tak butuh pertanyaan. atau pertanyaan di jawab dengan pertanyaan.

Dalam sebuah keputusan kadang akan terjadi bias. misalnya saja jawaban itu benar, namun tidak sepenuhnya benar. nah lho.. binung kan. benar namun tak sepenuhnya benar :)

sebuah penjelasan yang dipotong, dan berharap pertanyaan langsung yuang dibuat maka akan terjadi ambigu dan bias.

Seperti pertanyaan diatas, soal membunuh anjing. boleh kah kita membunuh anjing. tentu saja boleh. tapi kalau anjing itu ada pemiliknya? tentu saja tidak. karena kalau dibunuh, pemiliknya akan marah sekali, dan bisa dituntut ganti rugi dan akan membuat masalah baru. jadi yang benar yang mana? boleh nggak bunuh anjing?

Saya pernah bertemu modal kasus seperti ini, misalnya dalam menerima berkas masuk dalam permohonan perizinan. berkas masuk memang saya yang menerima dan memeriksanya. saya taruh di meja karena keesokan harinya akan di periksa ke lapangan. setelah diperiksa kelapangan, tim lapangan meminta waktu untuk berpikir menentukan apakah boleh dikeluarkan perizinan nya. besok saya tanyakan, di jawab belum. lusa kembali saya tanyakan. ternyata belum juga. minggu depan saya tanyakan. belum lagi. sampai pejabatnya berganti. dan saya lupa menyakan keputusan akhir tersebut.

Akhirnya pemohon bertanya, "Boleh nggak minjam berkas saya? kapan berkas saya bisa keluar? boleh tidak keluar perizinannya?". Saya langsung bingung, karena berkasnya sudah masuk dalam tunpukan yang mana. Karena kasusnya sudah lama. Apalagi sempat pindah ruangan di kantor yang masih pinjam. saya benar-benar lupa. Pada posisi ini saya benar-benar merasa bodoh sekali. dan merasa sangat bersalah. (*sebenarnya cerita kasus ini bsia panjang sekali kalau mau diceritakan). Intinya saya nggak mau mengulangi untuk kedua kalinya. kasus tolol seperti ini. Saya pikir yang salah adalah orang yang lama memberikan keputusannya, sehingga atas kelemahan manusiawi saya berkas itu terlupakan. Tentu si pemohon akan menyalahkan saya, karena jelas yang menerima berkasnya adalah saya. padahal yang membuat lama bukan saya.

Pada saatnya, setiap pribadi manusia akan menemui proses kehidupan seperti demikian. tinggal bagaimana pribadi itu dapat menghindari masalah "buah simalakama" tersebut. iya lebih baik menghindarinya, karena akan buang waktu dan energi. dikerjakan untung, keuntungan akan balik lagi buat ganti rugi. jadi, lebih baik nggak dikerjakan, nggak rugi waktu dan tenaga, jadi waktunya bisa untuk hal yang lebih positif dan lebih baik lagi.

Maka, berpikirlah jauh kedepan, untuk hal-hal yang sebenarnya bisa lebih baik manfaatnya,  untuk kebaikan masa depan kamu.

Komentar