Sapu Bersih (Saber) Pungli Membuat Paranoid Hingga Operasi Tanpa Toleransi

Sesuai dengan judul tulisan saya kali ini, saya akan bercerita sedikit tentang efek yang dirasakan teman-teman sekantor dan sekitar yang khusus bekerja melayani masyarakat. Berawal dari kedatangan seorang sahabat yang kebetulan bekerja di dinas perhubungan kabupaten. Dia bercerita perihal kehebohan dilapangan, yang katanya baru-baru ini di kampung sebelah ada seorang (oknum) polisi yang ketangkap tangan atau istilahnya terkena Operasi Tangkap Tangan (OTT) karena menerima pungli.

Berita di koran perihal pungli

Teman saya itu yang bekerja di perhubungan juga sempat curhat, bagaimana ketika orang-orang yang tak memiliki kelengkapan surat berkendaraan selalu membawa-bawa nama keluarga yang diakui sebagai pejabat disebuah wilayah. Banyak yang main backing jika sudah dilakukan pemeriksaan. banyak masyarakat kita tidak siap dengan peraturan kilahnya. Seharusnya masyarakat juga harus mengakui jika salah dan melakukan kesalahan. Kangan minta toleransi kepada petugas yang sedang melakukan pemeriksaan atau razia. yang orang-orang semua pasti tahu, apa bentuk toleransi itu. kalau mau begitu, kita akan OTT juga, tapi ini OTT nya berbeda, bukan Operasi Tangkap Tangan, namun Operasi Tanpa Toleransi. Kita akan tegakkan aturan, tanpa toleransi, mau anak bupati kek, mau anak dewan kah, mau anak jendral kah. Jika salah, Tilang! dia sembari berteriak dengan lantang.

Di lain pihak, ada lagi teman saya seorang pekerja di Dinas PU. seseorang teknis dan biasa menerima pesanan gambar rencana /planning bangunan. Setelah membaca berita di koran beberapa hari lalu, dia juga menjadi takut alias paranoid. sempat terucap di mulutnya kalau untuk rumah cukup sket bangunan saja. Karena takut kalau dianggap membayar terlalu besar, karena gamar terlalu rumit. dan jika hanya menggambar sket bangunan, biaya gambar akan bisa diminimalisir.

Saya menanggapi keluhan itu. jika mau demikian, harus dibicarakan dulu dengan atasan. harus diatur dulu aturan mainnya dan segala macamnya.

Kalau curhatan saya berbeda lagi. Saya cuman khawatir, apa-apa yang bukan menjadi tugas, dianggap menjadi tugas dan fungsi. Misalnya ada yang minta tolong jika berkasnya sudah jadi, minta tolong diantarin ke rumahnya. karena jauh, dan kebetulan jika ada petugas yang keluar kota, menyampaikan berkasnya. Jelas, bagi seorang yang senang dibantu, biasanya memberikan imbalan ke petugas atau orang yang membantunya. Ada yang menolak pemberian itu. Namun tak jarang menerimanya juga. Saya khawatir, jika kegiatan saling tolong ini dianggap sebagai pungli oleh sebagian orang, atau tim yang tergabung dalam SABER PUNGLI.

Sebenarnya masih banyak kisah-kisah seperti diatas. diminta tolong fotokopi berkas. diminta tolong perbanyak foto. dan lain sebagainya. masih banyak masyarakat yang lemah pengetahuannya dan harus dibantu. Ini menjadi sebuah rasa ketakutan bagi kami.  Dan bisa dijadikan sebagai standar ganda dalam penindakan. Apalagi jebakan atau kriminalisasi.

Semoga, petugas saber pungli bisa jeli dalam menyikapi ini semua.

Komentar